Jalan Lintas Utama Sumatera
Jl. Lintas Utama Sumatera, Sumatera Utara, ID
Indomaret Jl. Lintas Tengah Sumatera Lahat. Alamat lokasi: Jl. Lintas Tengah Sumatera, Pagar Agung, Kec. Lahat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan 31419, Indonesia. Telepon: +62 812-7289-6061.
Merupakan salah satu Indomaret di Lahat yang menyediakan berbagai produk kebutuhan sehari-hari seperti makanan, buah, sayur, susu, cemilan, minuman, hingga peralatan kebersihan seperti sabun dan shampo. indomaret ini juga menyediakan banyak diskon dan promo Indomaret setiap harinya, ada juga promo perminggu (weekend), promo jsm Indomaret dan promo bulanan. Terdapat juga bentuk promosi dengan voucher belanja. Berbagai promo yang ditawarkan membuat harga di Indomaret menjadi murah dan terjangkau.
Selain dari berbelanja kebutuhan sehari-hari, Indomaret Lahat ini juga melayani berbagai kebutuhan pembayaran seperti pembayaran iuran BPJS di Indomaret, pembayaran tiket online, pembayaran listrik (token), pembayaran telepon indiehome, pembelian pulsa, dan lainnya melalui Indomaret. Dengan semua kelebihan tersebut, Indomaret telah menjadi salah satu waralaba terbesar di Indonesia. Kunjungi Indomaret terdekat ini pada jam kerja / buka untuk informasi lainnya seperti katalog Indomaret, katalog promosi, dan daftar harga atau price list. Anda juga dapat mengakses website aplikasi dan menghubungi kontak telepon kantor Indomaret untuk informasi lainnya.
Jam buka / kerja: Senin: Open 24 hours, Selasa: Open 24 hours, Rabu: Open 24 hours, Kamis: Open 24 hours, Jumat: Open 24 hours, Sabtu: Open 24 hours, Minggu: Open 24 hours
Jalan Lintas Sumatera diputuskan untuk dibangun tahun 1965 pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Sebenarnya produsen mobil asal Amerika Serikat, Ford, pernah menawarkan Pemerintah Indonesia untuk membangun jalan raya Lintas Sumatera dengan imbalan hanya mobil merek Ford yang boleh beredar di Pulau Sumatera. Namun, tawaran itu ditolak Bung Karno dan Bung Hatta. Andaikan kedua pemimpin negara itu menerima tawaran Ford, Jalan Lintas Sumatera sudah dibangun tahun 1952.
Jalan Lintas Sumatera sepanjang 2.569 kilometer dari Banda Aceh ke Bakauheuni (Lampung) itu diresmikan Presiden Soeharto pada 31 Juli 1976 (Harian Kompas, Minggu, 15 Maret 1987).
Berita harian Kompas, 24 Juli 1965, berjudul ”Jalan Raya Lintas Sumatera Segera Dikerjakan”.
Menteri Urusan Jalan Raya Lintas Sumatera Ir Bratanata seperti dimuat dalam berita Kompas, Sabtu, 24 Juli 1965, mengatakan, pembangunan Jalan Lintas Sumatera yang dianggap sebagai proyek nasional maharaksasa pada masa itu dilaksanakan sepanjang 2.400 kilometer dan dibagi dalam delapan proyek serta rampung dalam waktu 10 tahun.
Di Lampung, Gubernur Kusno Dhanupojo mengungkapkan, pembangunan jalan lintas Sumatera di wilayahnya sepanjang 240 kilometer. Di sebelah kiri jalan didirikan industri besar, seperti tekstil, dengan perkebunan kapas, penggergajian kayu, pabrik dan sebagainya. Adapun di sebelah kanan jalan dibangun kawasan transmigrasi modern dengan persawahan dan perkampungan modern.
Pembangunan Jalan Lintas Sumatera di Lampung yang diberi sandi ”Operasi Rajabasa” tersebut membuka jalan sepanjang 5 km di kawasan pegunungan, seperti diberitakan Kompas, Selasa, 11 Januari 1966.
Rawan kecelakaan, kejahatan, dan pungli
Bertahun-tahun setelah itu, pada 1979 Kapolri Letjen (Pol) Awaloedin Djamin menyatakan Jalan Lintas Sumatera makin rawan kecelakaan lalu lintas sehingga membutuhkan rambu rambu lalu lintas. Awaloedin, seperti dimuat dalam berita harian Kompas, Senin, 17 September 1979, mengatakan, Jalan Lintas Sumatera tidak sama dengan autobaan di Eropa yang bebas dari permukiman penduduk di kiri kanannya. Di Jalan Lintas Sumatera, setiap jarak tertentu terdapat kampung sehingga diperlukan kehati-hatian para pengemudi di jalan.
Berita harian Kompas, 17 September 1979, berjudul "Kapolri: Perlu Ditambah, Rambu di Lintas Sumatera".
Kapolda (dulu disebut Kadapol-II) Sumatera Utara Brigjen Pol JFR Montolalu mengingatkan polisi sudah harus dipersiapkan sejak dini untuk menghadapi tuntutan masyarakat setelah Jalan Lintas Sumatera (Trans-Sumatera Highway) rampung tahun 1983. Montolalu, seperti dikutip Kompas, Sabtu, 21 Maret 1981, menilai, Lintas Sumatera yang membelah Pulau Sumatera dan menghubungkan Aceh sampai Sumatera Selatan-Lampung membuka peluang bagi penjahat “bergerak cepat”. Artinya, dari daerah operasi, mereka dengan cepat bisa melarikan diri ke daerah persembunyian.
Berita Kompas, 21 Maret 1981, berjudul "Kejahatan akan Meningkat bila Lintas Sumatera Rampung".
Berita tentang pungutan liar di Jalan Lintas Sumatera dari Medan ke Sumatera Selatan-Lampung dimuat di Kompas, Sabtu, 11 Agustus 1984. Pungli yang dilakukan petugas terhadap sopir-sopir bus dan truk merajalela di lokasi tertentu di sepanjang jalan raya Medan-Jakarta. Pungli sering terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung.
Berita Kompas, 11 Agustus 1984, berjudul "Pungli di Jalur Medan-Jakarta Masih Merajalela".
Pengalaman Kompas yang ikut menumpang bus Medan-Jakarta akhir Juli-awal Agustus 1984 menunjukkan, pungli terjadi di wilayah Kotabumi dan Bukit Kemuning, Lampung Utara. Para petugas terang-terangan meminta uang. Sopir juga menyiapkan uang saat bus dan truk melintas di pos Tebingtinggi-Medan.
Aksi kriminal di Jalan Lintas Sumatera terus terjadi, bahkan hingga 2017. Pungli dan kejahatan semacam ”bajing loncat” dan aksi premanisme tetap merajalela.
BACA JUGA:Bahaya Menggunakan Sepeda Listrik di jalan Raya, Ini Batasan Penggunaannya!
Selain ketiga lintas utama, terdapat banyak jalan penghubung yang memperluas akses dan konektivitas di seluruh Sumatra.
Menjadikan perjalanan antarkota lebih efisien dan menyatukan berbagai wilayah dalam satu kesatuan yang kokoh.
Proyek Jalan Lintas Trans Sumatra ini tidak hanya mempermudah mobilitas dan konektivitas.
Tetapi juga menjadi tulang punggung perekonomian Sumatra yang semakin berkembang.
BACA JUGA:HAR Dukung Usulan Warga Lubuk Nipis Bangun Jalan Alternatif
Dengan panjang total 7,234 kilometer, siapa yang berani menaklukkan tantangan perjalanan di Pulau Sumatera ini?.
Foto: Persiapan Infrastruktur Jalan Menjelang Mudik Lebaran di Lintas Sumatera
Lebaran kali ini, perhatian masyarakat tertuju pada arus mudik dan kondisi infrastruktur di Pulau Jawa, utamanya Jalan Tol Cikopo-Palimanan yang baru saja diresmikan oleh Pemerintah. Namun, yang tak kalah penting perannya juga adalah kesiapan jalur mudik di Lintas Sumatera.Seperti di Pulau Jawa pula, Pulau Sumatera mempunyai 3 (tiga) lintas utama, yakni Jalan Lintas Barat, Lintas Timur, dan Lintas Tengah. Untuk menginformasikan kesiapan dan dukungan kelancaran arus mudik di Lintas Sumatera, Direktorat Jenderal Bina Marga melaksanakan Talkshow di Metro TV pada Selasa (14/7) dengan narasumber Direktur Preservasi Jalan, Nurdin Manurung. “Kami pastikan bahwa kemarin H-14, infrastruktur jalan dalam kondisi siap. Tidak ada kegiatan pekerjaan jalan lagi,” tutur Nurdin membuka dialog pada acara 811 tersebut. “Konsentrasi kegiatan terfokus hanya di pengaturan pekerjaannya saja,” lanjutnya lagi.Menyoal pada persiapan dana khusus yang selalu ditanyakan setiap tahun, Nurdin mencoba mengklarifikasikan kembali mengenai hal tersebut. “Pemeliharaan jalan berlansung sepanjang masa. Jalur yang mendapat perhatian tersebar di berbagai titik di seluruh lintas di Pulau Sumatera,” jelasnya.“Tidak ada anggaran khusus, seperti menjelang Hari Raya. Yang ada hanyalah, program reguler yang berjalan rutin setiap tahun. Kami sebagai penyedia infrastruktur dan prasarana jalan, selalu menjaga agar semua pekerjaan pada level fungsional,” sambung Nurdin.Dengan total panjang jalan nasional yang ada di Pulau Sumatera (SK 2009) yakni 11,568.12 Km, Lintas Timur memang yang paling tinggi dari segi persentase kemantapan jalan sebesar 97.43%. Jalur ini pun menjadi favorit para pengguna jalan dengan destinasi yang lebih jauh. “Penanganan jalan untuk meningkatkan kemantapan jalan melalui preservasi jalan dan jembatan di Sumatera menjadi program strategis di Pulau Sumatera,” papar Nurdin. Selanjutnya, program strategis lain yakni penanganan jalan dalam upaya penurunan waktu tempuh nasional di koridor utama yakni Jalan Lintas Timur Sumatera. Program yang ada di Lintas lainnya meliputi pelebaran jalan karena saat ini hanya mempunyai dua lajur, rehabilitasi, serta rekonstruksi jalan untuk mendukung akses ke pelabuhan.
Gak perlu repot lagi buat ngemanjain lidahmu, tinggal buka hape aja
Nikmati banyak pilihan makanan, promo, dan fitur eksklusif di GoFood.
© 2024 Gojek | Gojek adalah merek milik PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Terdaftar pada Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual Republik Indonesia.
Jl. Jamblang Raya, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ID
Jl. Jamblang Raya, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ID
Jalan Raya Lintas Sumatera (dikenal sebagai Jalan Lintas Sumatera, diakronimkan sebagai Jalinsum) merupakan sebutan untuk jalan raya/jalan nasional yang membentang dari utara sampai selatan Pulau Sumatra. Berawal dari Banda Aceh, Aceh sampai ke Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung dengan total panjang jalan 2.508,5 km. Jalan Raya Lintas Sumatra merupakan bagian keseluruhan Jaringan Jalan Asia rute AH 25.
Jalan Raya Lintas Sumatera ini sering disebut sebagai Jalan Lintas Sumatera. Dahulu Jalan Raya Lintas Sumatera sebenarnya hanya menunjuk kepada jalan raya yang berada di pesisir timur Pulau Sumatra yang berarti belum termasuk bagian jalan raya di pesisir barat yang melintasi Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Bengkulu.
Berdasarkan rute berdasarkan letaknya di Pulau Sumatra, terdapat 3 rute utama yaitu Jalan Raya Lintas Timur (Nomor Rute 1), Jalan Raya Lintas Tengah (Nomor Rute 5), dan Jalan Raya Lintas Barat (Nomor Rute 7).
Jalan Lintas Sumatra diputuskan untuk dibangun tahun 1965 pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Pembangunan Jalan Lintas Sumatra yang dianggap sebagai proyek nasional maharaksasa pada masa itu dilaksanakan sepanjang 2.400 kilometer dan dibagi dalam delapan proyek serta rampung dalam waktu 10 tahun. Di daerah Lampung sendiri mendapatkan pembangunan jalan lintas Sumatra sepanjang 240 kilometer, dengan perencanaan di sebelah kiri jalan didirikan industri besar, seperti tekstil, dengan perkebunan kapas, penggergajian kayu, pabrik dan sebagainya. Adapun di sebelah kanan jalan dibangun kawasan transmigrasi modern dengan persawahan dan perkampungan modern. Pembangunan Jalan Lintas Sumatra di Lampung yang diberi sandi ”Operasi Rajabasa” tersebut berhasil membuka jalan sepanjang 5 km di kawasan pegunungan. Namun dibukanya Jalan Lintas Sumatra membuat masalah baru, yaitu berupa pungutan liar, pelemparan batu ke kaca mobil (terutama kaca bus) dan bajing loncat yang berlangsung hingga masa kini.[1]
Jalan Raya Lintas Timur melintasi 6 provinsi di bagian pesisir timur Pulau Sumatra, dengan Nomor Rute Jalan 1 berdasarkan data Kementerian Perhubungan. Rute jalan ini sudah termasuk Jalan Raya Lintas Pantai Timur yang merupakan jalan baru dan dibangun untuk mengurangi kepadatan Jalan Raya Lintas Tengah sebagai akses pelabuhan Bakauheni.
Jalan Raya Lintas Barat melintasi 5 provinsi di Pulau Sumatra, dengan Nomor Rute Jalan 7 berdasarkan data Kementerian Perhubungan.
Jalan Raya Lintas Tengah berakhir di Pelabuhan Bakauheni, Lampung melintasi 6 provinsi di Pulau Sumatra, dengan Nomor Rute Jalan 5 berdasarkan data Kementerian Perhubungan.
Jalan Raya Lintas Sumatra merupakan jalur perhubungan darat yang terpenting di Sumatra. Ini dikarenakan jalur KA hanya ada di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung. Namun, banyak ruas jalan di Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung mengalami kerusakan yang sangat parah walaupun pemerintah telah mengalokasikan banyak dana dalam beberapa tahun anggaran terakhir. Di beberapa bagian ruas jalan yang menghubungkan antara Bengkulu dan Lampung juga rawan kejahatan di malam hari serta longsor bila hujan. Sedangkan di beberapa ruas di Jambi sering diketemukan binatang liar.
Pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR melakukan proyek WINRIP (Western Indonesia National Roads Improvement Project) atau Proyek Perbaikan Jalan Nasional Indonesia Bagian Barat). Tujuan utama proyek ini adalah untuk menningkatkan efisiensi pemanfaatan fungsi jalan nasional di koridor pantai barat Sumatra dengan menurunkan biaya operasional kendaraan, dengan cara meningkatkan standar kondisi jalan, menciptakan jalan yang berkeselamatan, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi untuk publik, pengembangan institusi, penyediaan penanganan pasca bencana (tergantung situasi).[2] Adapun proyeksi yang diharapkan dari proyek WINRIP memiliki elemen-elemen indikator kinerja keluaran sebagai berikut:
Proyek ini berlangsung di 4 (empat) provinsi di Pulau Sumatra (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung, dengan rincian ruas jalan yang ditingkatkan adalah sebagai berikut:[3]
Pada tahun 2015 pemerintah merencanakan untuk membangun jalan Tol Trans Sumatra yang menyambung Lampung dengan Aceh sepanjang 2.700 kilometer . Pemerintah akan mengalokasikan dana Rp 150 triliun buat pembangunan jalan toll di Sumatra ini.[5] Pada tahap awal Ruas tol yang pembangunannya tersendat adalah Jalan Tol Padang-Sicincin sepanjang 27 km, yang lancar adalah Jalan Tol Medan-Kualanamu sepanjang 25 km, dan Jalan Tol Kualanamu-Tebing Tinggi sepanjang 35 km.[6]
Pada periode tahun 2005-2010, Sumatera hanya mendapat anggaran untuk 2 ruas jalan tol yaitu Jalan Tol Medan-Binjai (20,5 km) dan Jalan Tol Palembang-Indralaya (24,5 km).